Oleh : Resti Amelia
Menjelang Hari Raya Natal 25 Desember 2022 dan Tahun Baru 2023, biasanya konsumsi masyarakat baik bahan makanan maupun bukan makanan akan meningkat terutama komoditas pangan.
Fenomena ini pun berdampak pada kondisi pasar, pertokoan, dan sarana jual-beli lainnya yang membuat antrian mengular.
Pola konsumsi yang bersifat musiman ini mengakibatkan permintaan terhadap hampir semua bahan makanan dan barang lainnya meningkat selama bulan Desember ini.
Melonjaknya permintaan bahan makanan ini jika tidak diimbangi ketersediaan barang yang cukup akan berdampak pada peningkatan harga jual barang ataupun terjadi kelangkaan barang di pasar.
Seperti baru-baru ini dilaporkan beberapa media, beberapa komoditas pangan yang banyak dibutuhkan masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru seperti telur ayam, tepung terigu dan lain sebagainya mengalami kenaikan harga.
Bisa dibayangkan apabila permintaan semua barang kebutuhan konsumsi meningkat secara bersama-sama di bulan Desember ini, maka akan terjadi kelangkaan bahan pangan. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan angka inflasi meningkat.
Menurut data inflasi yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik bahwa pada November 2022 terjadi inflasi Year on Year (y-on-y) sebesar 5,42 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,85.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,87 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,53 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 3,24 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 4,96 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,90 persen; kelompok transportasi sebesar 15,45 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,90 persen; kelompok pendidikan sebesar 2,76 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,59 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,48 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,40 persen.
Apalagi saat ini perayaan Tahun Baru tinggal menghitung hari, maka kenaikan harga kebutuhan makanan, pakaian, perumahan dan perhiasan akan semakin naik seiring dengan meningkatnya permintaan dari masyarakat.
Meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan Desember ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan empat 2022. Meningkatnya permintaan akan mendorong pada peningkatan jumlah produksi barang dan jasa sehingga akan meningkatkan perekonomian.
Demikian juga dari sisi pengeluaran masyarakat juga akan mengalami peningkatan. Namun, bagi masyarakat berpenghasilan tetap hal ini jelas akan mengurangi tabungan (simpanan) uang rumah tangga.
Menjamin Ketersediaan Pangan
Apakah inflasi selalu merugikan masyarakat? Bagi konsumen tentu hal ini sangat merugikan karena menurunkan daya beli. Namun inflasi ideal yang nilainya sebesar 3 hingga 4 persen per tahun akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini akan menguntungkan bagi produsen dan penyedia bahan baku produksi.
Meningkatnya permintaan dan harga komoditas akan meningkatkan keuntungan bagi produsen dan juga bagi penyedia bahan baku produksi seperti petani. Kenaikan harga kebutuhan konsumsi yang berasal dari produk pertanian akan meningkatkan kesejahteraan petani.
Namun apabila kenaikan harga produk pertanian ini lebih banyak dinikmati oleh pedagang besar karena panjangnya rantai distribusi barang, maka petani akan semakin menderita. Hal ini karena kenaikan harga kebutuhan barang konsumsi tidak sebanding dengan kenaikan harga komoditas pertanian yang dihasilkan.
Persoalan yang harus menjadi perhatian pemerintah untuk mengantisipasi inflasi adalah menjamin ketersediaan bahan pangan terutama menjelang perayaan Tahun Baru, sehingga kenaikan harga barang akan terkendali.
Walaupun konsumsi masyarakat untuk perayaan Natal telah berlalu, tapi konsumsi masyarakat untuk perayaan Tahun Baru masih sementara berlangsung.
Ketika kenaikan harga barang tidak dapat dicegah, maka memperpendek rantai distribusi barang akan mengurangi ongkos transportasi sehingga pedagang mampu menekan harga jual.
Selain itu memperbanyak melakukan operasi pasar murah bisa menjadi salah satu solusi bagi masyarakat terutama untuk barang-barang yang harganya mudah bergejolak dan dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti beras, gula pasir, minyak goreng, cabai, bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam, dan lain sebagainya. (***)
Penulis adalah ASN Badan Pusat Statistik yang sedang Melanjutkan Pendidikan Pasca Sarjana Magister Fakultas Ilmu Administrasi UI