SWARAPUBLIK – Kemandirian merupakan suatu sikap yang positif, karena dengan begitu kita tidak bergantung pada orang lain. Namun apa jadinya jika banyak yang harus dikerjakan? Mau minta bantuan orang lain, tapi segan. Kondisi terlalu mandiri hingga mencapai titik ekstrim yang tidak sehat ini disebut sebagai hyper-independence.
Sikap denial terhadap pertolongan orang lain ini membuat seseorang dengan hyper-independence memaksakan diri untuk menyelesaikan semuanya sendiri. Meskipun akan kelelahan, mereka segan meminta bantuan orang lain. Kalaupun ditawari bantuan, mereka tetap menolak.
Skenario yang lebih buruk terjadi ketika seseorang dengan hyper-independence dihadapkan dengan tugas kelompok. Mereka lebih memilih mengerjakan semuanya sendiri, karena tidak ada seorang pun yang bisa menyelesaikan tugas sebaik dirinya.
Tanda-Tanda Hyper-Independence
Melansir laman verywellmind.com, berikut tanda-tanda seseorang dengan kemandirian berlebih:
- Merasa memiliki kinerja paling baik: Orang dengan kemandirian berlebih merasa dirinya memiliki kualitas kerja yang paling baik. Tidak ada seorang pun di lingkungannya yang memiliki kinerja sebaik darinya.
- Menolak meminta atau menerima bantuan: Meski kesulitan dan kewalahan, orang dengan hyper-independence segan menyerahkan urusannya pada orang lain.
- Tertutup dan sulit percaya pada orang lain: Mereka yang sangat mandiri kerap kali menutup diri. Mereka enggan membagikan informasi terkait dirinya. Rasa percaya pada orang lain cukup rendah, karena takut dikecewakan atau dikhianati.
- Stres atau kelelahan: Orang yang sangat mandiri akan melakukan segala hal sendiri. Sebanyak apapun kewajiban yang harus dikerjakan, ia akan melakukannya sendiri. Terlalu memforsir diri tentu akan menimbulkan stres dan kelelahan dalam jangka panjang.
Kaitan Antara Hyper-Independence dengan Trauma
Sikap mandiri berlebih bisa jadi merupakan respons yang disebabkan oleh trauma. Di masa lalunya, ia tidak dapat mengandalkan orang lain untuk mendapatkan perlindungan atau dukungan. Meski semua perilaku hyper-independence disebabkan oleh trauma, tapi tidak semua orang yang memiliki trauma mengalami hyper-independence.
Melansir manhattanmentalhealthcounseling.com, berikut faktor yang menghubungkan hyper-independence dengan trauma:
- Merasa tidak layak mendapatkan dukungan dari orang lain
- Pernah diabaikan di masa lalu, yang kemudian mengarah pada kemandirian
- Tidak percaya orang lain karena pernah diremehkan di masa lalu
- Menghindari ketidakpastian setelah pengalaman traumatis
Mengatasi Hyper-Independence
Apakah Anda pernah bertemu orang dengan kemandirian berlebih? Atau mungkin Anda mengalaminya? Yuk segera tangani kondisi tersebut! Mulailan dengan belajar mengelola rasa kecewa serta membangun kembali rasa percaya pada orang lain. Kemudian cobalah untuk menantang diri dengan meminta bantuan kecil pada orang lain.
Ketahuilah bahwa dukungan tersedia, uluran tangan selalu ada. Tidak ada salahnya kita meminta, daripada memforsir dan tersiksa. Sebab pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Jika keadaan belum membaik jua, cobalah konsultasi melalui layanan psikologi.*** (Mahayuna Gelsha Supriyadi)
Editor:
Andri Herdiansyah