SWARA PUBLIK – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung mengadakan seminar Internasional dan Pertunjukan Seni Rupa dengan tema “Pelestarian dan Pengembangan Budaya Etnik Nusantara dalam Dinamika Global,” Kamis 3 Oktober 2024.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar Internasional dan Pertunjukan Seni Rupa tersebut adalah Guru Besar Fakultas Budaya dan Media ISBI Bandung, Profesor Rustiyanti, S.Sn., M.Sn., dan Founder Yayasan Revolusi Edukasi Bersinergi yang lebih dikenal dengan Megamind Project Yuri Romero Hurtado, M.Si
Menurut, Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S. Sen., M. Hum perkembangan globalisasi yang pesat menjadi tantangan tersendiri bagi ISBI Bandung khususnya untuk menjaga kelestarian warisan etnis dan budaya kita yang begitu luas.
“Nusantara dengan keberagaman suku, adat istiadat, dan tradisinya merupakan harta karun yang tak ternilai harganya. Namun, globalisasi seringkali berdampak pada nilai-nilai lokal. oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya melestarikan tetapi juga mengembangkan budaya etnis kita agar tetap relevan dan diakui secara internasional,” Kata Retno kepada wartawan di GK. Sunan Ambu, ISBI Bandung. Kamis 3 Oktober 2024.
“Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Fakultas Kebudayaan dan Media yang telah menyelenggarakan acara Seminar Internasional dan Pertunjukan Seni Rupa yang mengusung tema Pelestarian dan Pengembangan Budaya Etnik Nusantara dalam Dinamika Global ini,” imbuhnya.
Retno berharap, sebagai institusi ISBI Bandung tentunya dapat menjalin kolaborasi antara akademisi, praktisi, seniman, dan komunitas internasional untuk berbagi ide, pengalaman, dan inovasi guna melestarikan dan memajukan budaya etnis nusantara di tengah dinamika global.
“Dengan begitu, warisan budaya kita tidak hanya lestari namun juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri,” katanyan.
Retno menegaskan, melalui terselenggaranya seminar internasional ini, ISBI Bandung sebagai lembaga seni akan semakin berperan di masyarakat, sebagai lembaga pengembangan seni dan budaya; sebagai penjaga kebudayaan bangsa; dan sebagai pencerahan bagi kemajuan akal dan kebudayaan manusia dengan bermartabat.
“Lebih jauh lagi, saya berharap seminar ini akan menghasilkan segudang wawasan segar untuk didiskusikan dan dirumuskan tantangan-tantangan baru,” katanya.
“Sebagai pimpinan ISBI Bandung, saya bercita-cita untuk secara rutin mengadakan kegiatan seminar internasional, memberikan wadah permanen bagi para intelektual untuk melakukan penelitian dan mempresentasikan temuan mereka dalam suasana akademis yang sesuai,” imbuhnya.
Retno menambahkan, sejalan dengan visi dan misi ISBI Bandung untuk menjadi lembaga seni yang berkualitas dan berdaya saing dalam skala lokal, nasional, dan global, maka seminar internasional ini merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
“Upaya ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional, baik secara nasional maupun global,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Kebudayaan dan Media, Dr. Cahya Hedy, S.Sn., M.Hum mengatakan diselenggarakannya seminar internasional ini sangatlah penting, tidak hanya bagi akademisi namun juga masyarakat luas.
“Tujuannya adalah memberikan wawasan keilmuwan kepada para mahasiswa agar wawasannya lebih terbuka, karena persoalan antropologi budaya itu ranahnya bisa melebar ke berbagai aspek kajian,” katanya.
Cahya menjelaskan, dalam seminar Internasional yang menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri ini, tidak hanya disampaikan secara teorinya saja, akan tetapi juga ada praktek dalam berkeseniannya.
“Hal ini menjadi salah satu pembeda dari prodi antripologi budaya yang ada di ISBI Bandung, dengan prodi antropologi di luar ISBI. Karena Antropologi Budaya lahir dari rahim seni,” pungkasnya.***