SWARAPUBLIK – Kecerdasan buatan atau Teknologi Artificial Intelligence (AI) mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai fitur dan fungsi yang ditawarkannya semakin berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia tidak terkecuali dalam dunia jurnalistik. Menurut Rich and knight (1991) Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia.
Peran Kecerdasan Buatan dalam dunia Jurnalistik
Tidak heran saat ini banyak kegiatan jurnalistik yang dapat diselesaikan oleh kecerdasan buatan. Mulai dari merangkum artikel, mentraskrip dan alih bahasa. Terbukti beberapa media massa luar negeri telah mempekerjakan kecerdasan buatan dalam proses jurnalistik. Seperti perusahaan media di Oslo, Norwegia rutin menggunakan alat transkrip Al di ruang redaksi. Bahkan baru-baru ini di Indonesia, 21 April 2023 kemarin, media televisi swasta TV One memperkenalkan presenter kecerdasan buatan, yang didesain sedemikian rupa menyerupai presenter pada umumnya.
Dampak Kecerdasan Buatan Bagi Profesi Jurnalis di Masa Depan
Melihat fenomena tersebut dapat ditarik sebuah pertanyaan, kecerdasan buatan dapat dijadikan sebagai peluang dalam membantu pekerjaan jurnalis atau sebaliknya, yaitu sebagai ancaman posisi jurnalis dimasa depan. Namun, perlu digaris bawahi secanggih apa pun kecerdasan buatan tetap buatan manusia, sehingga faktanya kecerdasan buatan tidak sepenuhnya dapat menggantikan posisi jurnalis karena masih memiliki banyak keterbatasan seperti dalam akurasi dan verifikasi sehingga berpotensi melenceng kode etik jurnalistik.
Oleh karena itu, ambil sisi positif dari hadirnya kecerdasan buatan dalam aspek apa pun terkhusus bagi dunia jurnalistik, posisikan kecerdasan buatan sebagai alat bantu dalam melakukan pekerjaan dalam dunia jurnalistik bukan sebagai saingan. Karena secanggih apa pun kecerdasan buatan tetap dibutuhkan peran manusia di dalamnya. Kecerdasan buatan tidak memiliki emosional seperti manusia, sedangkan dalam proses jurnalistik hal tersebut harus ada agar pesan yang disampaikan dapat mudah diterima khalayak.
Bagi masyarakat jadikan kecerdasan buatan sebagai sumber informasi tambahan dalam memperoleh informasi bukan sebagai sumber utama, sebab untuk saat ini akurasi data yang dibuat kecerdasan buatan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sementara bagi perusahaan media massa diharapkan mampu mencontohkan dalam penggunaan Al yang lebih transparan.
Editor:
Denny Surya