SWARAPUBLIK – Peraturan mengenakan pakaian berkerah di area kampus membuat para mahasiswa memilih kemeja flanel. Kemeja ini bisa ditemukan di hampir setiap sudut kampus. Saking banyaknya mahasiswa yang mengenakan kemeja flanel, membuat kemeja ini memiliki banyak “kembaran”.
Alasan Kemeja Flanel jadi Fesyen Andalan
Pertama, mudah dipadupadankan. Kemeja flanel biasanya bermotif kotak-kotak dengan kombinasi 2-4 warna. Motif seperti ini mudah dipadupadankan dengan berbagai bawahan. Membuat mahasiswa yang ogah ribet menjadikan kemeja ini sebagai pilihan paling praktis.
Kedua, menggunakan bahan yang sejuk dan menyerap keringat. Mahasiswa yang memiliki banyak kegiatan ditambah cuaca yang kian hari kian memanas, membuat kemeja ini jadi pilihan utama untuk dikenakan di kampus.
Ketiga, mudah didapatkan. Kemeja flanel dapat dengan mudah ditemui di toko pakaian offline maupun online. Ketersediaan yang banyak membuat mahasiswa memilih hal-hal yang mudah didapatkan.
Keempat, harga yang sesuai dengan kantong mahasiswa. Sebagai mahasiswa, terlebih mahasiswa rantau, harus pandai-pandai mengatur keuangan. Harga kemeja flanel sangat bersahabat dengan mahasiswa. Mulai dari Rp 30.000 kita sudah bisa mendapatkan satu kemeja flanel dari situs belanja online.
Sejarah Kemeja Flanel Hingga Menjadi Tren
Melansir laman Gear Patrol, bahan flanel pertama kali ditemukan di Wales pada abad ke-17. Populasi domba yang sangat banyak di sana membuat penduduk Wales memanfaatkan bulu domba untuk dijadikan pakaian. Bahan ini dapat memberi perlindungan yang baik saat musim dingin di Wales yang dikenal basah dan berangin.
Karena harganya yang terjangkau, daya tahan yang kuat, serta menghangatkan, kain ini dengan cepat menjadi populer di seluruh Eropa. Pabrik wol kemudian bermunculan di seluruh Inggris dan Prancis. Hingga abad ke-19, berkat proses yang lebih efisien, produksi flanel kemudian berkembang dengan pesat.
Pada tahun 1889, pengusaha Amerika bernama Hamilton Carhartt membuka pabrik di Detroit, Michigan. Ia memproduksi pakaian flanel yang kuat untuk kebutuhan bala tentara selama Perang Saudara. Hingga Perang Dunia II pada 1940-an, tentara Amerika masih mengenakan kain flanel sebagai lapisan hangat jaket lapangan.
Setelah perang, sekitar tahun 1950-an, muncul setelan flanel abu-abu yang menjadi standar bagi sebagian besar pebisnis. Warnanya yang netral dan elegan membuat siapapun yang mengenakannya terkesan rapi.
Awal tahun 90-an, flanel menjadi pakaian yang sering digunakan band-band barat seperti Nirvana, Alice in Chains, dan Pearl Jam. Berbanding terbalik dengan flanel abu-abu yang terkesan rapi, di era ini muncul motif kotak-kotak yang terkesan berantakan dan bebas. Motif kotak-kotak kemudian populer dan menjadi tren fesyen sampai hari ini.*** (Mahayuna Gelsha Supriyadi)