SWARAPUBLIK – Badan antariksa dari Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA) menyoroti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dari satelit.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan bahwa ibu kota negara akan dipindahkan ke Pulau Kalimantan, karena padatnya penduduk di Pulau Jawa pada tahun 2019.
Pemidahan ibu kota negara sempat menjadi perbincangan dari kalangan pakar. Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwiko Budi Permadi menilai bahwa dampak buruk dari pembangunan IKN dapat merusak hutan Kalimantan.
“Namun, menjadi pertanyaan kritis karena status 255 ribu hektare itu hutan, 75% kawasan hijau berarti melakukan dekorasi sebesar 30% untuk pembangunan infrastruktur dan sebagainya,” ucap Dwiko.
Dwiko menyampaikan dampak tersebut berkaitan dengan ancaman defortasi dari pembangunan IKN di Kalimantan Utara. Karena faktanya, rehabilitasi hutan di Indonesia memakan waktu yang lama.
Perubahan Hutan di IKN
Melalui situs Eart Observatory, NASA memperlihatkan foto sebelum dan sesudah proyek pembangunan IKN di Kalimantan.
Berikut gambar Observatorium Bumi NASA oleh Michala Garrison, lewat data Landsat dari Survei Geologi A.S.
Satelit NASA merekam perubahan drastis hutan di Kalimantan Timur, sejak proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) berlangsung.
Pada gambar tahun 2024, mulai terlihat ukiran dalam hutan, menggambarkan tanah telah terbuka untuk akses jalan kendaraan proyek.
Perlu diketahui, proyek IKN di rencanakan untuk pembangunan kota metropolitan yang hijau, juga dapat dilalui dengan jalan kaki, karena 75 persen kota tersebut masih berupa hutan.
Tahap awal pembangunan IKN melibatkan pembangunan fasilitas pemerintah dan bangunan lainnya, diperkirakan populasi awal ini berjumlah 500.000 orang.
NASA turut menampilkan tautan artikel terkait dengan beberapa peneliti mengkhawatirkan perubahan lahan hutan, bisa membahayakan hutan dan satwa liar. Selain itu, penghuni lain seperti masyarakat adat masih hidup berdampingan di wilayah tersebut.
“Beberapa ilmuwan dan peneliti khawatir perubahan penggunaan lahan ini dapat membahayakan hutan dan satwa liar di wilayah tersebut.” tulis NASA melalui laman resminya dikutip Rabu (28/02/2024).
“Hamparan daratan dan perairan pantai yang sedang dikembangkan kaya akan keanekaragaman hayati dan rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan lumba-lumba Irrawaddy,” lanjutnya lagi.
Para peneliti khawatir ekosistem teluk rusak, akibat tumpahan minyak dari pembangunan kota dan industri. Dikarenakan hampir 1400 bekantan tinggal di hutan bakau dan lumba-lumba Irrawaddy di teluk Kalimantan.***(Alifya Syifaa-ul Fathonah)