SWARAPUBLIK – Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia, Bahlil Lahadalia, secara tegas mendukung usaha BP Batam dalam mempercepat pemindahan penduduk di Kawasan Rempang.
Dilansir dari Batamnews, Bahlil Lahadalia juga mengungkapkan keyakinannya bahwa pembangunan Rempang sebagai pusat ekonomi baru Indonesia dapat berhasil dicapai. Ini tidak hanya akan memberikan dampak positif bagi seluruh Kepulauan Riau (Kepri), tetapi juga akan menciptakan peluang kerja baru untuk penduduk.
“Saya sudah menyampaikan bahwa pemerintah tidak akan merelokasi masyarakat tanpa persiapan yang maksimal. Setiap keluarga akan diberikan lahan seluas 500 meter persegi beserta sertifikatnya. Pemerintah juga akan menyediakan pembiayaan untuk membangun rumah tipe 45 senilai Rp 120 juta per keluarga,”Pungkas Bahlil.
Ia juga memiliki keyakinan bahwa BP Batam memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan rencana pengembangan Rempang Eco-City ini. Hal ini akan meningkatkan daya tarik Batam sebagai lokomotif ekonomi Kepulauan Riau dan menjadi lebih menarik bagi investor di Indonesia, sambil tetap bersaing dengan Singapura.
“BP Batam memiliki tugas penting untuk menjadikan Kota Batam sebagai saingan yang sepadan dengan Singapura. Meskipun tantangan selalu ada saat ada investasi besar yang masuk ke Batam, kita harus mencari solusinya. Semua hambatan bisa diatasi,” tambahnya.
Bahlil juga menyatakan bahwa ia telah diberi tugas langsung oleh Presiden Joko Widodo untuk mengunjungi Kota Batam secara langsung dengan tujuan mengawasi dan mempercepat proses relokasi penduduk Rempang.
Sosok Dibalik Eco City Rempang
Dalam prosesnya, Tomy Winata, seorang konglomerat yang memimpin grup Artha Graha dengan berbagai bisnis dan investasi, memiliki hak eksklusif untuk mengelola Rempang Eco City di Pulau Rempang, Kepulauan Riau.
Melalui PT Makmur Elok Graha, Tomy Winata mengawasi proyek strategis nasional (PSN) selama periode 80 tahun. Pulau Rempang, yang terletak di Selat Malaka, merupakan lokasi strategis untuk investasi di kawasan Selat Malaka.
Mengapa Rempang begitu penting dalam PSN? Hal ini dikarenakan posisinya yang terletak di kawasan Selat Malaka.
Selat Malaka adalah jalur laut timur-barat terpendek dibandingkan dengan jalur perairan lainnya, sehingga digunakan untuk kegiatan ekspor dan impor barang melalui perairan.
Proyek ini bukanlah hal yang baru, karena telah diusulkan sejak 18 tahun yang lalu.
Pada tahun 2004, perusahaan Tomy Winata, yaitu Makmur Elok Graha, berkolaborasi dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam yang dimiliki oleh pemerintah Kota Batam. Makmur Elok Graha bertindak sebagai perusahaan pengembang wilayah.
Editor:
Denny Surya