SWARAPUBLIK – Zaman sekarang rasanya aneh jika tidak mengikuti trend yang sedang terjadi. Hal ini disebabkann karena pesatnya perkembangan teknologi, sehingga appaun yg orang lain lakukan bisa kita ketahui dan bahkan menimbulkan kecemasan sendiri jika orang lain memposting hal-hal yang hebat, dari segi karir, pendidikan dan sebagainya sedangkan kita tidak mampu melakukannya, Perilaku rasa cemas tersebut disebut Fear of Missing
Out (FoMO). Kondisi dimana di mana seseorang kerap merasa khawatir akan ketinggalan kabar atau trend yang sedang berlangsung.
Kondisi ini kerap dirasakan oleh anak-anak muda, terutama bagi pengguna media sosial. Disamping sebagai alat komunikasi yang tidak terbatas tentu media sosial memiliki dampak negatif, salah satunya menimbulkan penyakit FoMo.
Dampak jika Anda mengalami FOMO
Melansir dari halosehat.com berikut dampak jika seseorang mengalamai FoMo.
Beberapa penelitian telah menunjukkan kaitan antara FoMO dengan perasaan terputus dari orang lain dan ketidakpuasan dengan kehidupan sendiri.
Berdasarkan studi tahun 2013 yang terbit pada jurnal Computer in Human Behavior, orang-orang dengan tingkat FoMO yang tinggi merasa kurang terhubung dengan kehidupan sehari-hari.
Melihat unggahan di sosial media membuat orang-orang yang mengalami kondisi ini jadi mempertanyakan kemampuan diri sendiri dan hidupnya.
Mereka menganggap bahwa kebahagiaan, kesuksesan, dan pengalaman menarik orang lain yang tidak mereka miliki membuat hidup mereka jadi lebih menyedihkan. Sedikit banyak hal ini memengaruhi cara pandang mereka mengenai kehidupan yang ideal.
Lama-kelamaan, perasaan takut tertinggal ini juga bisa menimbulkan kecemasan. Perlu diketahui, kecemasan adalah suatu hal yang mampu memicu stres berlebihan.
Berdasarkan sebuah studi, kecemasan dapat membuat produksi hormon-hormon penting tubuh seperti serotonin dan adrenalin terganggu. Susah tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan mood kacau bisa muncul ketika hormon dalam tubuh Anda tidak seimbang.
Selain itu, FoMO juga bisa memengaruhi hubungan Anda dengan orang lain. Misalnya, seorang teman menolak ajakan Anda untuk pergi ke suatu tempat. Namun beberapa hari kemudian, teman Anda mengunggah gambar yang menunjukkan bahwa ia pergi ke tempat tersebut bersama orang lain tanpa sepengetahuan Anda.
Hal ini tentu dapat membuat Anda yang lebih dulu mengajak teman Anda merasa terkhianati. Hubungan dengan teman tersebut pun jadi kurang baik.
Jadilah generasi muda bijak, yang mampu menempatkan trend sosial media sesuai porsinya dan tidak hanya ikut-ikutan trend semata yang tidak ada dampak positifnya.***
Editor:
Denny Surya