SWARAPUBLIK – Pelaksanaan Lomba Desa dan Kelurahan (Lomdeskel) Tahun 2024 telah memasuki tahapan klarifikasi lapangan di tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia. Desa Rancasalak dari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut, mewakili Provinsi Jawa Barat menjalani tahapan ini.
Rombongan penilai yang terdiri dari Analis Kebijakan Ahli Madya Kemendagri, Harliandi Mulyadjaya sebagai Ketua Rombongan, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45, Rahmat Nuryono sebagai Ketua Tim, Analis Kebijakan Ahli Pertama Kemendagri, Rehela Ravita Sari, serta Staf Kemendagri, Anugrah Bagus Wicaksono, melakukan klarifikasi lapangan terhadap Desa Rancasalak didampingi Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Jawa Barat, Pupun Saefunudin.
Kesenian tradisional dodombaan, pencak silat, lengser, ruwat bumi dan debus disuguhkan untuk menyambut tim penilai dari Kemendagri beserta rombongan pedamping dari DPMD Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya, prosesi penyambutan berlangsung di Kantor Desa Rancasalak.
Disampaikan Harliandi selaku Ketua Rombongan Tim Penilai, “Kami sudah melihat Desa Rancasalak secara administrasi di awal, merupakan hal yang luar biasa bagi desa ini untuk menjadi nominasi di Regional II.” Ia pun menambahkan jika proses evaluasi yang sudah dilakukan secara berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi benar-benar menghasilkan desa yang memiliki potensi dan sesuai dengan tema Lomdeskel tahun ini yaitu “Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Melalui Belanja Desa/Kelurahan yang Berkualitas.”
Mewakili pihak pemerintah provinsi, Sekretaris DPMD Provinsi Jawa Barat Pupun Saefunudin, menyampaikan jika hari ini menjadi kesempatan besar bagi Desa Rancasalak untuk menunjukkan seluruh potensi yang dimiliki kepada tim penilai.
Disampaikan Pupun, Desa Rancasalak telah menjalani seluruh tahapan dengan luar biasa. Ia berharap tim penilai dapat melaksanakan penilaian secara objektif terhadap potensi yang dimiliki Desa Rancasalak.
“Rancasalak layak untuk jadi juara,” ujar Pupun menegaskan.
Tampak hadir pada rangkaian penyambutan ini, Kepala Bidang Bina Desa DPMD Provinsi Jawa Barat, Asep Nandang Rasadi, Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat DPMD Provinsi Jawa Barat, Lisa Avianty, Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat DPMD Provinsi Jawa Barat, Raden Nurtafiyana, Kepala Bidang Pengembangan Potensi Desa DPMD Provinsi Jawa Barat, Bayu Rakhmana, Penjabat Bupati Garut, Barnas Adjidin, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Garut, Euis Ida Wartiah, jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Garut, para Kepala Perangkat Daerah di lingkup Kabupaten Garut, serta para perangkat Kecamatan Kadungora.
Beranjak dari kantor desa, berbagai titik lokasi penilaian telah dipersiapkan oleh pihak Pemerintah Desa Rancasalak. Satu di antaranya adalah Rumah Kopi. Desa Rancasalak memiliki potensi lokal unggulan berupa kopi. Meski kopi juga dimiliki banyak desa di Jawa Barat, menurut Kepala Desa Rancasalak Budi Muhamad Raharja, seluruh tahapan pemrosesan kopi mulai dari petik hingga seduh dapat dilakukan seluruhnya di Desa Rancasalak. “Ini yang menjadikan petani kopi kami sangat sejahtera,” ucap Budi.
Desa Rancasalak memiliki sekitar 25 persen perhutanan sosial yang dikelola oleh 48 kepala keluarga petani kopi hingga menghasilkan sekitar 70 juta rupiah per tahun per keluarga. Keberhasilan ini membuat Desa Rancasalak menjadi model dalam pemanfaatan lahan perhutanan sosial.
Perhutanan sosial ini juga dimantaatkan untuk meregenerasi petani kopi yang menjadi kebanggaan desanya melalui Sekolah Lapang, di mana siswanya merupakan pemuda-pemudi baik dari Desa Rancasalak maupun desa-desan lain di Kabupaten Garut.
Di Sekolah Lapang, para siswa diberikan pemahaman seputar pengelolaan kopi termasuk bagaimana cara bertani kopi. Sekolah Lapang juga berfungsi sebagai ekosistem berbasis pemberdayaan masyarakat desa untuk mengangkat brand kopi lokal Desa Rancasalak.
Tim penilai beranjak ke Kampung Sentra Produksi Tas. Desa Rancasalak juga memiliki produk asli desa berupa tas ransel berkualitas. Produk tas yang mayoritas diperuntukkan bagi anak-anak sekolah ini mampu menyerap 216 tenaga kerja lokal baik sebagai penjahit hingga penjualnya, dan menghasilkan pendapatan mencapai 2,97 miliar rupiah per tahun.
Titik lokasi lain yang dikunjungi tim penilai di antaranya Sekretariat PKK, Badan Usaha Milik Desa, Posyandu Terintegrasi, Rumah Amal, pengolahan sampah, Rumah Sehat, serta Pos Keamanan Lingkungan dan lalu lintas jalan.
Mengakhiri penilaian, Ketua Rombongan Tim Penilai, Harliandi Mulyadjaya memberikan komentarnya terhadap apa yang dimiliki Desa Rancasalak. Ia menuturkan jika partisipasi masyarakat terhadap program pemerintah desa terbilang sangat aktif. Tidak hanya itu, dukungan dari pemerintah daerah di tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi dinilai sangat baik.
Setelah menjadi pemenang pada Lomdeskel Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2024, Desa Rancasalak berhak melaju ke tingkat nasional untuk bersaing dengan Desa Sijenggung Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah, Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Provinsi Jawa Timur, Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung Provinsi Bali, di Regional II Jawa-Bali.
Kontributor:
1. Ricky Budiman Faried
2. Ratna
3. Dwi Aprilianto
(Tim Humas DPMD Provinsi Jawa Barat)